SEJARAH DESA

Desa Bongkot adalah salah satu desa yang berada di Kabupaten Jombang, tepatnya di Kecamatan Peterongan. Jarak dari Pemerintah Kabupaten Jombang ke Desa Bongkot ± 8 KM. Di Desa Bongkot terdiri dari 3 dusun. Dususn tersebut yaitu Bongkot, Sentulan, dan Jegreg. Di mana dusun-dusun tersebut memiliki pimpinan sendiri-sendiri. Silsilah berdirinya Desa Bongkot ini sesuai dari informasi yang diperoleh dari sesepuh warga dapat diceritakan.
Wilayah yang kini dikenal sebagai Desa Bongkot, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, pada awalnya merupakan kawasan hutan belantara yang belum tersentuh manusia. Menurut keterangan para sesepuh dan narasumber yang mengetahui sejarah ini, kawasan tersebut pertama kali dibuka oleh seorang tokoh bernama Mbah Sangit. Dengan dibantu oleh dua rekannya satu berasal dari Demak dan satu lagi merupakan keturunan Ronggolawe dari Mojopahit Mbah Sangit memulai usaha keras untuk menjadikan hutan belantara itu sebagai lahan yang dapat dihuni.
Upaya Mbah Sangit dalam membuka kawasan ini bukanlah perkara mudah. Dengan penuh kegigihan, ia dan para rekannya menebang pepohonan besar, membersihkan semak belukar, dan membuka lahan. Setelah wafat, perjuangan Mbah Sangit diteruskan oleh keturunannya, yakni Mbah Mesir. Pada masa kepemimpinan Mbah Mesir, kawasan ini belum memiliki nama resmi, meskipun sudah mulai berkembang menjadi sebuah permukiman kecil.
Di era yang sama, Pulau Jawa sedang digemparkan oleh peristiwa besar yang melibatkan dua tokoh legendaris, Kebo Kicak dan Surontanu. Kebo Kicak dikenal sebagai seorang pemuda bertubuh besar dan memiliki kekuatan luar biasa, sementara Surontanu adalah tokoh yang licik namun cerdas. Keduanya berseteru dalam sebuah konflik besar, dan pada salah satu pertarungan, Surontanu mengalami kekalahan. Dalam pelariannya, ia menemukan perlindungan di kawasan yang dikelola oleh Mbah Mesir.
Mbah Mesir dan penduduk setempat berupaya melindungi Surontanu dari pengejaran Kebo Kicak. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menanam pohon bambu yang sangat lebat di sekitar tempat persembunyian Surontanu. Tujuannya adalah untuk mengaburkan jejak dan menyulitkan Kebo Kicak menemukan Surontanu. Kawasan tersebut pun menjadi hutan bambu yang rapat dan gelap.
Namun, Kebo Kicak akhirnya menemukan lokasi persembunyian Surontanu. Di tengah hutan bambu yang lebat, terjadi pertempuran sengit antara kedua tokoh tersebut. Konon, pertempuran itu berlangsung dengan sangat dahsyat sehingga suara dentingan senjata dan teriakan menggema di seluruh kawasan. Dalam legenda, darah yang tertumpah selama pertarungan dipercaya meresap ke tanah, menjadikan tempat tersebut saksi bisu dari sejarah besar yang terjadi di masa lampau. Setelah pertempuran itu usai, Kebo Kicak memberikan nama kawasan tersebut “Bongkotan”. Nama ini diambil dari kondisi kawasan yang dipenuhi bambu sebagai bekas atau sisa dari pertempuran besar. Dalam perjalanan waktu, sebutan “Bongkotan” disingkat oleh masyarakat menjadi Bongkot, nama yang terus digunakan hingga hari ini.
Legenda ini tidak hanya menjadi kisah yang diceritakan secara turun-temurun, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas Desa Bongkot. Pohon bambu, yang pernah menjadi tempat persembunyian dan simbol perjuangan, kini menjadi pengingat akan keberanian, kebijaksanaan, dan kegigihan para pendahulu. Warisan ini terus dihormati oleh generasi penerus, menjadi pijakan kuat untuk mengenal akar sejarah desa mereka.